Tadi sore saya lagi duduk-duduk dengan santai dan gembira sama mama saya. tiba-tiba tanpa dinyana dan tidak dikira mama saya bilang begini;
"Dek, mama kok punya obsesi punya mantu dokter, ya."
Wow. ahaha. jelas saya tertegun dan terjembab (bukan padanan kata yang pas, ya). ada apa ini, ada apa ini. "Hah?"
terus mama saya cerita;
"Jadi tadi waktu mama nyopir di jalan, di depan mama kan ada mobil honda jazz warna biru. wah terus mama salip itu mobilnya. terus ga seberapa lama mobil jazz biru nyalip mamah lagi. (ini sebenarnya info ngga penting). terus akhirnya si mobil jazz biru itu di depannya mama kan, mama nyopir di belakangnya persis. nah, di jalan itu, ada mbak-mbak jalan sendirian, hamil besar. nah tiba-tiba si mobil jazz biru itu nepi dan berenti. Nah, keluarlah seorang cowok, muda, putih, ganteng, pake jas dokter warna putih! kayak mahasiswa kedokteran gitu lho dek. dia berenti terus ngajak si mbak hamil naik mobilnya.."
(oh my. jaman sekarang, masih ada kah orang seperti itu di dunia?)
saya menanggapi dengan malas cerita mama saya yang bombastis itu : "halah, paling juga itu tetangganya mah. apa sodaranya."
mamah saya kembali menanggapi, "iya sih mama ga tau. tapi kan tetep keren gitu, dek. ntar ada yang ngerawat mamah..."
haha!
oh pria berjas dokter jazz biru, siapakah kamu? mungkinkah dirimu jodoh ku yang masi tidak kentara wujudnya? hahaha ^^
tapi saya heran jg. kenapa si masi ada stereotype 'oh bahagianya punya mantu dokter' yang melekat di hati ibu-ibu ya? kalo liat tindakan heroik mas-mas jazz biru sih, iya, siapa jg yang ngga impressed. tapi apa iya mantu dokter akan lebih menjanjikan dan lebih penyayang dari mantu ekonom, misalnya? kan belum tentu. saya rasa sih ga segitunya. ga pernah saya denger ibu2 bilang 'kerennya punya mantu ekonom', padahal profesi dokter sama ekonom masi keren ekonom, kalo menurut saya (hahaha, berhubung kuliah saya ekonomi sih! peace, anak2 KU!) ekonom bisa jadi menteri. bisa jadi gubernur bi. bisa jadi pengusaha. konon katanya negara kita bisa maju hanya jika jumlah pengusaha nya bertambah. apakah bisa menggeneralisasi semua dokter dengan mas2 jazz biru? tentu engga, kan. jadi saya bilang sama mama saya, uda lah ma. masih muda ini. bukannya menolak dokter, tapi tolong dong ga usah dikekang, ga usah terlalu diatur hal2 begitunya.
tapi mungkin wajar aja si mama saya ngomong gitu, mengingat anak gadis nya yang cantik ini sekarang masi jomblo. hoho. kalo ada harapan2 tertentu dari orangtua, rasanya ga berlebihan. mama saya dulu pengen banget punya suami insinyur, dan akhirnya kesampaian, dan buktinya bahagia, sehingga jadilah saya.. saya jadi wondering besok jodo saya sapa ya? apakah dia seorang dokter, atau akuntan, atau dosen, atau pengacara, atau aktor, mungkin? ah betapa inginnya memiliki doraemon dan laci menuju masa depannya!
masi susah sekali membayangkan jodoh masa depan saya, karena i dont even have someone i like right now. woow hati saya lagi flat seflat tv layar datar. padahal kata Chitato, life is never flat! yaaaah mgkin ada lah some little crushes. oh err is that mean that we have a crush on someone if we have him in our dream? is that mean that we have a crush on someone if we just feel glad reading his text? haha iya crushes saya masi se-dangkal itu. means nothing.
maafkan posting yang tdk jelas ini, teman.