Tuesday, May 10, 2011

The White Tiger

'Impian orang kaya dan impian orang miskin - tidak tumpang tindih, kan?
Begini, seumur hidup mereka, orang miskin bermimpi punya cukup makanan dan kelihatan seperti orang kaya. Lalu, apa yang diimpikan orang kaya?
Menurunkan berat badan dan kelihatan seperti orang miskin.'

Adalah kegembiraan yang luar biasa ketika saya berjalan-jalan ke Galeria Mall bersama pacar, menilik sebentar ke sebuah toko buku, dan menemukan buku ini berada di bawah label diskon 50%. Sudah lama saya pingin baca buku ini. Alasannya sederhana. Cover dan judulnya yang lucu, resensi dan review yang menarik, dan fakta bahwa ini adalah novel dari India, salah satu negara yang tradisinya paling saya sukai.

Saya tamatkan novel yang lumayan tipis dan tidak terlalu berat dibaca ini di kereta Taksaka, dalam perjalanan dari Jakarta untuk merajut masa depan, pulang ke Jogja. Enjoy my review!

Balram Halwai, seorang entrepreneur sukses di Bangalore, India bagian selatan, menulis surat selama tujuh malam ke Perdana Menteri China yang akan berkunjung ke India. Surat-surat ini lah, monolog panjang Balram yang penuh nada sarkasme dan berbalut humor gelap, yang kita baca di novel ini.

Balram menceritakan kepada sang Perdana Menteri riwayat hidupnya. Bagaimana pada awalnya, dia adalah seorang lugu yang bodoh dari daerah Kegelapan, daerah India yang kumuh, miskin, dan bagaikan bumi dan langit dengan India yang kita kenal lewat film Sahrukan atau para finalis Miss Universe yang berbodi semlohai itu. Balram yang putus sekolah besar dengan mental pembantu, dan menganggap pekerjaan yang ia dapat kemudian, sebagai supir dari keluarga kaya raya pengusaha batu bara, adalah suatu pekerjaan terhormat dan prestasi yang membanggakan seluruh keluarganya.

Balram bercerita tentang majikannya, Mr. Ashok, yang berbeda dari tipikal orang kaya India lainnya. Mr. Ashok masih memanusiakan para budak, berpikiran maju, masih memiliki hati nurani untuk menentang korupsi dan suap yang ketika itu sudah menjadi sistem. Kita akan sama-sama melihat bagaimana kehidupan kota, khususnya nanti New Delhi, membuat kedua tokoh protagonis ini berubah. Yang tadinya baik menjadi, well, tidak terlalu baik. Balram yang tadinya bersikap seperti Hanuman sang pelayang setia, pada akhirnya menggorok leher Mr. Ashok dan menjadi buronan yang dicari para polisi, dan kemudian, oleh proses yang tidak seberapa detail, menjadi entrepreneur sukses yang berkuasa.

Balram memberi tahu si perdana menteri tentang kebobrokan negeri India, sebagian besar karena korupsi, yang well, memang ekstrim, tapi sebetulnya sudah tidak asing kalau kita translasikan ke negeri ini. Pihak yang kaya semakin buncit, pihak yang miskin semakin tergencet. Balram menceritakan tentang bagaimana uang bertindak sebagai penguasa dunia, kesenjangan sosial, dan lingkaran setan kemiskinan. Ia juga menyelipkan beberapa humor, sentilan sentimen terhadap kaum muslim, dan sedikit tentang pelajaran menjadi entrepreneur dan bisnis outsourcing.

Saya pribadi merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Lumayan lah sebagai selingan, daripada baca chicklit atau diktat kuliah melulu, walaupun agak membingungkan di beberapa tempat. Saya pribadi menganggap alasan Balram curhat kepada si perdana menteri agak tidak relevan. Well, tak ada gading yang tak retak, but still hope you will enjoy this book as much as i do.

Thursday, May 5, 2011

Albie dan Musik Favoritnya.


Albie adalah nama keponakan saya. Umurnya tiga tahun, hobinya main mobil, lihat video Thomas and Friends, dan joget.

Artis favorit Albie adalah Sm*sh. Pernah suatu hari, kami pergi ke mall, makan di foodcourt, dan Albie bertingkah rewel. Ditanya, mau apa? Dia bilang, mau ce-mes. Sama papanya langsung diputarkan video Sm*sh dari HP, dan keponakan saya langsung joget-joget sendirian dengan gaya si artis kesayangan. Ketika iklan so nice muncul, Albie pun bersorak girang dan berteriak ngga jelas mengikuti lagu, "Ooo-yaa. Sm*sh suka makan soo nice.." Krik. Mamanya Albie, mengikuti kesukaan anaknya, pun memfollow @smashblast di twitter. Tantenya Albie geleng-geleng saja.

Selain Sm*sh, Albie juga menyukai beberapa lagu lain. 7icons dengan gak.. gak.. gak.. kuat-nya yang dahsyat. Pussycatdolls dengan Jaiho. Belakangan, Albie juga menyukai lagu Chaiya Chaiya. Suatu sore saya sedang duduk membaca majalah dan si adik bernyanyi dengan nggremeng nggak jelas, "ee chaya chaya uwee e chaya chayaa." tangannya ditekuk di depan dada, lalu digerakkan keluar dengan hebohnya.

Belakangan, saya yang tadinya suka menghina-dina Sm*sh dan 7icons lama-lama jadi doyan juga. Haha, di kepala saya, mereka grup musik yang lagunya cocok untuk anak-anak menyanyi dan menari. Easy listening, mudah dihafal, bisa dipakai untuk jejingkrakan. Tidak ada salahnya, ya kan? Secara sekarang era penyanyi anak-anak dengan lagu anak-anak yang ringan dan bercerita tentang cita-cita, mama yang marah, atau tentang obok-obokan sudah susah ditemui, mereka bertindak sebagai pengganti yang bagus. Lagunya relatif nggak vulgar, dan klipnya cenderung menari bahagia ceria seperti lagu anak-anak. What's not to love?

Melalui Albie, saya belajar untuk tidak terlalu membenci sesuatu. Terkadang hal-hal yang kita ejek, kita hina, kita cela, adalah sesuatu yang baik apabila dilihat dari sisi yang lain :3 Sorry for oh so random post.