Dulu, waktu SD saya punya circle of friends - gerombolan teman-teman sekelas yang selalu haha-hihi bersama dan saling menemani kalau salah satu dari kami ingin pergi ke WC. Beberapa kali kami marahan. Saya ingat saya pernah marahan dengan seorang sahabat saya itu, sebut saja namanya Mawar. Ah, marahan anak SD. Alasannya bodoh. Saya meng-claim Mawar sebagai sahabat saya dan marah karena Mawar mulai temenan dengan orang lain, sebut Melati. Saya jealous. Saya nggak tahu kalau namanya hubungan persahabatan ini nggak ubahnya seperti hubungan pacaran tanpa status; intens tapi nggak bisa mengikat.
Akhirnya saya belajar kalau sahabat itu bisa datang dan pergi. the real ones always stay, the others come and go easily. Waktu SMP, saya berteman dengan orang-orang yang berbeda. Suatu hari saya marah sekali sama seorang teman saya, sebut saja namanya Anggrek. alasannya tidak kalah bodoh. Dari teman saya yang lain, sebut Aster, saya tahu Anggrek suka sama seseorang. Saya marah karena Anggrek nggak ngasih tau. sebagai sahabat, saya yakin ada perjanjian tidak tertulis bahwa saya punya hak utk diberitahu hal-hal sepenting itu. dan apa yang membuat Aster lebih layak tahu daripada saya? nggak ada.
Ah, itu alasan yang sama bodoh. Kita toh tahu bahwa menjadi dewasa itu sama dengan menjadi less demanding dan more understanding. saya yang dulu membutakan diri dari argumen Anggrek lambat laun mulai sadar bahwa dia ada benarnya juga, dan kemarahan saya itu nonsense belaka. Perlahan memang saya sadari kalau seerat apa pun persahabatan itu, setiap orang punya hak untuk memiliki rahasia. Tetap ada map-map confidential yang memang bukan kuasa kita untuk memaksa mereka untuk membukanya. maka ketika waktu SMA, seorang teman saya, sebut saja namanya, errr saya kehabisan nama bunga,, errrr Bougenville deh, tiba-tiba bilang bahwa dia suka sama mantan saya dan ternyata mereka sudah jalan bareng beberapa kali. Waktu itu saya syok, jelas. Sempat sebal juga, marah-marah dalam hati, tapi lama-lama dengan asas bahwa setiap orang berhak memiliki rahasia, dengan berusaha memposisikan diri sebagai si Bougenville, saya bisa mengerti. dan sebagai orang dewasa, saya tahu sudah bukan porsi saya untuk menuntut Bougenville membeberkan semua ceritanya ke saya.
Maksud dari tiga paragraf di atas bukan buat menceritakan kenapa saya punya teman yang namanya kembang semua, karena toh namanya fiktif hahaa. Saya emang lagi agak sensitif kalo soal pertemanan sekarang. saya hanya ingin bilang bahwa sekarang kita sudah dewasa. Pertemanan penuh ikatan harus begini harus begitu, dia-teman-yg-baik-karena-selalu-mau-nemenin-ke-toilet, dia-teman-yang buruk-karena-gak-pernah-kasih-contekan, yang mendominasi, itu sudah nggak jaman. sekarang hubungan pertemanan itu beyond them all.
Kita berteman dengan seseorang itu sederhana, kan, ya. nggak usah pakai prosesi penembakan "maukah kau menjadi temanku?", dan dijawab "ohyes i do." Ketika sudah nggak cocok dan tahu nggak bisa bersama lagi juga nggak usah pakai prosesi putus, nangis-nangis di kamar, dan membuang semua barang kenangan. Kita cuman tiba-tiba saling menjauh dan berhenti melakukan hal-hal bersama. sesederhana itu. namun justru karena itu, dalam beberapa sisi, karenanya, hubungan pertemanan menjadi lebih rumit daripada hubungan perpacaran. ketanpastatusannya, ketidakberdayaan satu pihak utk marah ketika pihak yang lain mulai walk away, kemungkinan untuk dinomorsekiankan.
Then ketika kita berhasil menemukan seorang teman yang adalah teman sejati, yang bahkan tanpa harus berkata-kata, tanpa prosesi penembakan ataupun PDKT, bisa saling mengerti, yang kalau ada permasalahan tidak langsung mengucap "putus" atau melancarkan aksi diam seribu bahasa demi memenangkan ego, yang kepada nya kita bisa melihat langsung di mata dan menjadi diri kita sendiri, yang bisa diajak tertawa bergembira menangis dan berduka bersama, maka itu adalah berkah yang luar biasa, bukan?
sumpah saya ga tau nulis apa. hahahahaa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
13 comments:
yes! bukan cuma aku yang punya cerita kaya gitu ternyata. hha.
jaman sd, bisa gampang banget bilang
"ih, kamu gitu. engga temen ah"
kalo misal ada temen yang engga mau maen sama kita ato engga ngasi tau sesuatu.
:D
anyway mbak, mantan yang mana yah?
bukan yang saya kenal kan?
eheheee...
@ tyas : aku ga yakin kamu kenal yg mana tapi kayaknya aku tauuu dan, bukan kok, hahahaa.
hahaa. jaman sd. bodoh ya.
karena saya cowo, saya belum pernah punya sahabat yang kalo ke kamar mandi barengan terus...
hehehe...
saya gag mau banyak komentar, tapi saya bisa kasih beberapa stok bunga buat nama samaran temen2 mu yang laen:
-Kamboja,
-Tulip,
-Matahari,
-Sedap Malam,
-Rafflesia Arnoldi,
hehehe...
@ navan : haha aku lagi kayak sebel2an sama seorang temen deketku, jadi post ini ditulis utk mengingatkan diri sendiri bhw marah2an karena masalah sepele itu bodoh.
ahaahhaaa, stock nama yang menarik. ternyata km lebih kreatif dari aku hahaha.
kejadian mawar, melati, anggrek dkk ntu juga aku banget kok..hihihi
kalo difikir2 emang sangat gak dewasa bgt ya..
eniwey, suka deh ama kalimat: the real ones always stay, the others come and go easily ;)
bersyukur bgt gak sih fu,, mulai beranjak dewasa dan lebih legowo menghadapi hal-hal kayak gitu.. gak kaya jaman-jaman jahiliyah dulu,, hahahaha...
iya fu maaf, aku emang suka bikin kamu sebel, suka ngece2 kamu, suka menomorsekiankan kamu, suka maen rahasia2an dr kamu
:P
gyahahhahaaa not refer to you, cex.. ra sah gr
fuuuuuuuuuuuu. makin lama kamu makin jenius nulis.i adore u.hahahaha. ini bisa kaya semacam self reflection lho fu. keep writing! ;)
@raras thankyoouu hahahaa aku kok jadi tersandung euh tersanjung
hasyah nama kembang...
kyk korban pemerkosaan wae fu.. :p
been there, done that
waktu masih umbelen posesif sekali sama sahabat
udah jd sahabatku ga boleh jd sahabat orang lain dong, haha
ahahahaaa.....
sama saamaaaaa....
sayang banget telat baca postinganmu fu..
soalnya kmrn nth kapan semepet depresi gara2 pengen tau arti kata 'sahabat' tu apa.
btw, aq kaya e tau tu yg jaman sma sapa.'huahahahahahaa
luv u fu
Post a Comment