Saya selalu suka film perang. Tentu bukan bagian tembak-tembakan dan lempar-lemparan granatnya yang saya suka. In fact, justru kalau sedang adegan sadis-sadis yang banyak darahnya gitu vcd player-nya selalu saya ff. Mungkin saya terlalu peka. Mungkin hati saya terlalu lembut bagaikan sutra. Ahaha. Anyway, saya suka film-film perang karena biasanya bertema drama humanis. Saya suka dibuat menangis karena miris dan haru. Saya suka dibuat tersentuh. Saya suka dibuat bersyukur karena hidup di dunia yang damai aman tentram tanpa harus bersembunyi dari Nazi seperti Anne Frank.
Saya suka, suka, suka film ini. Plot nya bikin saya terenyuh. Ceritanya ngga mudah ditebak. Penderitaan Ellis emang berkepanjangan dan ngga ada habisnya, tapi ngga lebay seperti sinetron. Rachel aka Ellis sendiri karakter yang cukup lovable. Agak nakal, sexy, dan genit nggak karuan, tapi di sisi lain begitu tegar dan kuat. Saya suka muka judesnya kalau sedang mempertahankan diri. Pada akhirnya, kita diajak memahami bahwa manusia adalah mahluk misterius yang nggak bisa dipetakan hanya dengan tinta hitam dan putih. Apakah ia pasti jahat kalau ia anggota Nazi? Apakah ia pasti dibela kalau ia adalah saudara sekebangsaan?
Doakan saya biar lancar ujian, ya teman-teman!
Satu film drama tentang perang yang habis saya tonton adalah Black Book (Zwartboek). Film ini adalah film Belanda produksi 2006 yang saya pinjam secara gambling, tanpa rekomendasi apa-apa. Bersetting di Belanda tahun 1940-an, pada masa perang dunia II. Tokoh utamanya adalah Rachel (dibaca rakhel) Stein, seorang Yahudi yang bersembunyi di suatu rumah di Belanda. Rachel dihadapkan pada beratnya hidup sebagai seorang pelarian, mulai dari rumahnya yang dibom hancur, perencanaan pelarian yang gagal, hingga keluarganya yang kemudian dibantai di depan mata kepalanya sendiri.
Rachel kemudian berganti nama menjadi Ellis dan ikut dalam gerakan perlawanan melawan Nazi, hingga suatu ketika ia ditugasi sebagai mata-mata di kantor Nazi di Belanda, berbekal kecantikan, sex appealnya yang tinggi, dan kemampuannya menyanyi.
Saya suka, suka, suka film ini. Plot nya bikin saya terenyuh. Ceritanya ngga mudah ditebak. Penderitaan Ellis emang berkepanjangan dan ngga ada habisnya, tapi ngga lebay seperti sinetron. Rachel aka Ellis sendiri karakter yang cukup lovable. Agak nakal, sexy, dan genit nggak karuan, tapi di sisi lain begitu tegar dan kuat. Saya suka muka judesnya kalau sedang mempertahankan diri. Pada akhirnya, kita diajak memahami bahwa manusia adalah mahluk misterius yang nggak bisa dipetakan hanya dengan tinta hitam dan putih. Apakah ia pasti jahat kalau ia anggota Nazi? Apakah ia pasti dibela kalau ia adalah saudara sekebangsaan?
Walaupun durasinya agak panjang dan bahasanya ngga bisa dimengerti (bahasa yang saya tahu cuman danke dan hail hitler), dan walaupun lolosnya si Ellis secara terus-menerus terlalu wagu untuk jadi kebetulan, dan banyak walaupun lain, film ini menyenangkan untuk ditonton. Dan oh ya, karena film Eropa, jadi agak sedikit lebih vulgar. Padahal saya nontonnya di VCD yang tentu udah kena sensor banyak, tapi masih kebagian beberapa adegan topless yang cukup ahem. Haha. Ya, film yang lumayan lah untuk refreshing sebelum ujian. Belakangan saya baru tahu kalau film ini luar biasa sukses di Belanda dan konon menelan biaya produksi yang cukup besar.
Doakan saya biar lancar ujian, ya teman-teman!
2 comments:
i've always wanted to watch this movie.
aanyway belajar 'fu, jangan nonton aja hahaha.
film perang2an yang lebih ke drama bukan ke action? saya juga suka, fu!
bolehlah masuk list...
btw, tw film ini dari mana? jarang2, lho aku tau film2 eropa kaya gini...
mungkin seperti Malena sama Life is beautiful, ya! udah nonton dua film itu belum?
btw, aku dah nonton 500 days of summer, loh! ceritanya oke!!! :D
Post a Comment