Minggu terakhir ini benar-benar minggu yang berwarna.
Ada warna-warni kuning, oranye, pink yang menyenangkan, ada warna hitam dan kelabu yang melelahkan, ada warna biru dan hijau yang menyejukkan, ada warna merah gelap yang membakar emosi, ada warna perak berkilauan yang akan selalu terkenang.
Warna-warni itu saya dapat dari kepanitiaan acara ospek kampus yang bertajuk Simfoni, dimana disana saya bertemu dengan 12 orang yang tadinya saya pikir nggak semuanya adalah tipe-tipe orang yang biasa dekat dengan saya. ada yang rajin dan ber-ip nyaris 4, ada yang serius dan suka nongkrong di ruang bem, ada yang anak gaul kampus, ada yang dulu saya sebelin karena saya pikir lenjeh, ada yang tampak pendiam dan kalau bersama dia saya sampe nggak tahu mesti ngomong apa.
Nyatanya seperti nama acara kami, lambat laun kami mulai menjadi sebuah Simfoni. Ketika simfoni adalah sebuah jalinan nada berbeda-beda yang tergabung dalam suatu komposisi, 13 orang yang berbeda ini kelamaan mulai saya rasa menjadi sebuah keluarga. Saya nggak bilang keluarga ini sempurna, tanpa ketidaknyamanan, tanpa rasa sebal satu sama lain, atau tanpa ngerasani di belakang. Keluarga ini, sama seperti setiap keluarga lain di seluruh dunia, juga tidak sempurna. keluarga ini juga kadang saling benci. keluarga ini juga kadang sering marah, sering jenuh, sering lelah. dan karena ketidaksempurnaannya, keluarga ini membuat saya bahagia.

Papa saya mengernyit, dengan terang-terangan menyatakan keprihatinan, ketika saya berangkat ke kampus di hari minggu. Ibu saya sering nggak terima karena lihat saya setiap hari kerjaannya hanya rapat dan rapat. Keluarga ini memang menuntut diluangkannya waktu dan tenaga yang tidak sedikit. rapat sudah jadi rutinitas kami setiap harinya. kata Ibu saya, "Kamu tiap hari pulang malam, memangnya kamu dibayar? memangnya kamu dapat apa dari kampus?"
kami ber-13 bekerja luar biasa keras selama dua bulan terakhir. Untuk apa? kami mungkin juga nggak tahu. untuk penghargaan? untuk materi? saya rasa bukan. untuk pengalaman? koneksi? reward dari dewan pengawas sebagai seksi terbaik? ketenaran di antara maba 2009? saya rasa itu hanya efek samping. Saya juga nggak tahu kenapa merepotkan diri sendiri, keluar duit cuma untuk baju kembaran yang dipakai di hari ketiga, tidur di tengah malam dan bangun dini hari, berlari ke sana kemari dengan HT di tangan, rapat setiap hari sampai lupa makan, menghafal banyak lagu dan gerakan, berlelah-lelah dan memusingkan kepala.
In the end, ketika ahirnya acara kami telah berjalan, tiga hari yang bukannya tanpa cacat dan cela, kami duduk di depan panggung. menyanyikan lagu inagurasi, dan saya menangis. Bukan karena sedih kepanitiaan ini berakhir (saya juga kangen tidur lama di rumah dan membathang dan saya rasa saya gak sanggup begadang satu hari lagi, haha), bukan kaena jengkel, bukan karena marah. Saya menangis karena untuk apa pun saya dan 12 orang lainnya ini merepotkan diri selama dua bulan terakhir, it's all worth it. Senyum dan semangat yang kami dapat menjadi pembenaran untuk semua pengorbanan yang kami lakukan.
in the end, saya membaca surat dari maba 2009 buat saya, dan, memang saya bukan tipe orang yang dikirimin surat karena saya cantik dan atau sexy dan atau senyumnya terbawa mimpi, surat-surat yang saya baca bikin saya tersenyum. kata mereka: Kak, makasih ya karena selalu ceria. Mbak, kok bisa selalu semangat? aku jadi ikut semangat kalo liat mbak nari-nari. Mbak, tadinya aku deg2an mau ikut Simfoni, tapi liat mbak ramah banget aku jadi tenang. i can't help myself for crying, hahaa. saya emang gembeng setengah mati.
saya tahu yang saya dapat dari kepanitiaan ini melebihi apa yang saya berikan. Lebih dari itu, saya mendapat teman-teman yang membuat hari-hari saya semakin warna-warni. Enji, rizchung, uthek, anti, reja, andreot, dansa, icha, miul, aarism, ferry, riski.

untuk itu, saya bersyukur atas suatu sore dimana saya bertemu rizka dan uthek, dan mereka memaksa saya buat apply di kepanitiaan ini, dan ketika saya memasukkan form pendaftaran di kotak recruitmen. untuk itu, saya bersyukur atas dua bulan yang berhasil mendewasakan dan memberikan pengalaman yang luarbiasa.
dan kok post saya kali ini jadi sok puitis dan gak kayak biasanya, ya? hahaha. saya emang lagi mellow. dan merasa sangat sayang sama 12 orang lainnya itu, walaupun mungkin mereka jg ga baca, haha.