Monday, January 25, 2010

Untuk our dear little Desi

Saya dan teman-teman baru aja pulang dari piknik berkedok survey KKN ke Malang. Liburan yang menyenangkan setelah satu semester terkungkung bersama kuliah-kuliah yang membuat stress. Kami berangkat selasa malam naik mobil kijangnya rahmadi yang plat nya cantik (B 2500 VD). personel nya ada saya, Rahmadi, Giwang, Doting, Echi, Ticex, dan Ayu.

The holiday went great, and so did the survey. kami senang-senang. gembira.

Hari Sabtu pagi kami mulai beringsut pulang. Perjalanan ke Jogja dari Malang ditempuh melewati kota Batu dan kemudian kawasan Pujon yang bergunung-gunung. Saya duduk di belakang sendiri sama Doting. Rahmadi nyetir. Giwang jadi copilot. Echi Ayu Ticex duduk di tengah. beginilah kurang lebih posisinya

Sepanjang jalan kami becandaan aja kerjaannya. Si sopir yg merangkap sebagai si pemilik mobil dan juga merangkap sebagai koordinator KKN, Rahmadi, memang paling enak dikerjain. haha. Bagaimanapun saya harus appreciate dia karena i know he's a great driver. kalo kata saya nyetirnya kaya bapak-bapak. kadang ngebut tapi tenang dan mantep.

mobil kami tiba di tikungan.
rahmadi ngerem sedikit.
tiba-tiba ada anak kecil nyeberang dari arah kiri. kami lihat dia nengok ke kiri, tapi enggak nengok ke kanan (arah datangnya mobil kami).

Rahmadi sempat ngeliat mata kaget si adek waktu dia ngelihat mobil kami. Dia juga sempat ngeliat bagaimana si adek terkena badan mobil. Kami ngelihat bagaimana si adek terpental jatuh. persis di depan mata kami.

Rahmadi mengerem panik dan meminggirkan mobil. Ibu si adek kecil (yg kemudian kami tahu ternyata adalah tante nya)berteriak histeris. Saya dan teman-teman langsung pucat pasi, yang terbayang langsung adalah kemungkinan-kemungkinan terburuk. bagaimana kalau, bagaimana kalau?? Begitu mobil terpinggirkan kami segera menghambur keluar dari mobil, kecuali saya dan doting yang duduk di belakang dan susah keluar karena korsi yg tengah harus ditekuk dulu. saya sempat denger tangisan si adek yang meraung kesakitan.

Mobil kami belum dipinggirkan dengan sempurna dan masih menghalangi separuh jalan. Doting langsung inisiatif buat minggirin mobil, jadi dia mencolot ke balik kemudi dan memarkir mobil. di luar, oom nya si adek tiba-tiba muncul. ngedengar suara decitan rem kami, dan keponakannya yang menangis kesakitan, emosi langsung menguasai si oom. Dia ambil parang yang entah karena apa ada di dekat situ, dan mengacung-acungkannya ke Doting yang waktu itu ada di belakang setir. "Kamu, ya yang bawa mobil??!!" dia teriak penuh marah.

Doting langsung gelagapan. "Pak bukan saya!" katanya. Saya dan teman2 lain panik ngeliat parang yg diacung-acungkan, yang jelas bukan kombinasi yang baik bila ditambahkan dengan muka si oom yg horor. Echi Ayu dan Ticex yang waktu itu sudah memegang si adek langsung berusaha membela kami. Giwang berusaha menenangkan bapaknya. Saya masih duduk di jok belakang pucat pasi.

Singkat cerita akhirnya si bapak berhasil ditenangkan. Rupanya si tante yg ngelihat kejadian tahu benar bahwa kami enggak salah. bgmn pun nyebrang tanpa lihat jalan, di tikungan pula, bukan tindakan yg benar. akhirnya kami memutuskan utk membawa si adek ke RS terdekat. sayang beribu sayang ternyata parkir yang terburu-buru membuat roda kami selip. akhirnya anak-anak cowok bersama saya dan Ayu haruslah dorong-dorong mobil dulu. Echi dan Ticex di dalam mobil memangku si adek.

Setelah mobilnya berhasil keluar, kami langsung melaju ke RS terdekat. karena itu lokasinya hutan2 gt jadi RS terdekat adalah RS bersalin yang jaraknya 15-20 menitan perjalanan, yang mana waktu itu rasanya lamaaa sekali. saya dan teman2 semua tegang, ngga ada yg bersuara. saya bisa liat di spion mata nya Rahmadi keliatan tegang dan takut jg.

Si Adek yang dipangku Echi sebenarnya keliatan baik2 saja. Kebetulan dia pakai baju lengkap dan sepatu. nggak ada pendarahan luar. Dia nggak nangis ataupun teriak. Dan dia sadar. tapi diem aja. Tapi kami sempat dengar bunyi DAK keras waktu dia terbentur tadi, kami sempat lihat dia terpental. Kami nggak bisa terlalu berpositive thinking. Apalagi waktu sampe RS Bersalin, Giwang yang nggendong si adek sempat kepeleset gara-gara sendalnya uda licin,

Dari RS Bersalin kami dirujuk ke RSUD Batu. jaraknya kurang lebih 20 menit perjalanan. Kami uda lebih santai karena dari pemeriksaan sementara si adek tampak fine. dia cuma mengeluh mual dan nyeri di kepala dan dengkul. Belakangan kami baru tau kalo mual yg dia keluhkan itu karena si adek ga biasa naik mobil. jadi mabok.

Kami sempat mengalami pelayanan kurang profesional dari dokter RSUD Batu, tapi akhirnya si adek ditangani dengan baik. Si adek, yang kami ketahui namanya Desi, siswi kelas 4 SD, anak petani di Malang Selatan, nggak mengalami luka serius baik luar maupun dalam. Kami menghembuskan nafas lega. Si oom dan tante minta maaf pada kami karena tadi sempat emosi. Kami memberikan uang sepantasnya buat si Adek, untuk menutupi biaya perawatan.

Jam empat sore, terlambat 4 jam dari rencana awal, kami berangkat kembali ke Jogja. Kali ini Doting yang nyetir karena Rahmadi masih syok. Kami jalan pelan-pelan dan berdoa dengan gencar sebelum berangkat.

Walaupun sudah selesai dengan damai, walaupun pemeriksaan dokter sudah jelas, sampe sekarang kami masih sering teringat sama si kecil Desi. Anak petani yang lugu, nggak banyak omong, yang hari itu sedang diajak berlibur sama oom dan tante. Apakah sekarang kakinya masih kerasa sakit? apakah kepalanya benar nggak apa-apa? Bagaimana pun, scene ketika Desi ngelihat ke arah kami dan sedetik kemudian jatuh terpental mungkin nggak akan kami lupakan seumur hidup.

Little Desi, we wish u well there in Malang. And for everyone of you reading this post, please drive safely. (bytheway, ini kami yg mengisi perut setelah tragedi Desi)

10 comments:

Hubertus Giwangkara said...

Hehehe kalo inget aku masih ngerasa ngeri juga... Apalagi pas si mas ambil parang... Untung semua berakhir dengan baik...

Sasmita Dini said...

amin..
sy mengamini doamu,


saya pernah mengalami hal serupa (engga sama persis sii..)
dan pesan moralnya tetep sama:
drive safely dan banyak berdoa.
hehe

ice blended vanilla said...

waduhhhh.... pasti masih kebayang2 itu ya????
cepet sembuh ya buat desi... ^^

Alia Saputri said...

hmm... jadi ingat waktu dulu Kuki nabrak orang, sampe kepalanya bocor dan darahnya merembes di aspal jalan.

harus selalu hati-hati di jalan...

rumii said...

aku kmaren baru aja mengalami kejadian serupa di daerah bantul.
berempat ama temen-temenku, untungnya yang nyetir bukan aku, dan kita nabrak bapak-bapak naik motor. alhamdulillah si bapak ga kenapa-kenapa, walaupun temennya sempet agak rese'.

Fu! said...

@giwang: iyaa.. masi kebayang2..

@mba dini: hidup berkendara dgn aman!

@caca: hehe iya thanks ya

@mb alia: iya aku jg langsung inget ceritanya mba alia itu.. huhu untung ga separah kuki yaa

@arum: memang jalanan ini semakin menggila!

Navan said...

weleh, gag kebayang muka Rahmadi kaya gimana... :(

semoga ini bisa jadi pelajaran buat semua, deh!

btw, sepertinya kkn kamu berjalan lancar dan menyenangkan. semoga sukses... :)

Fu! said...

makasih navan,lha kamu kkn kemana? lombok bukan?

priskanggrita said...

waah belom pernah ngalamin tertabrak dan menabrak sih kak. tapi dari ceritanya kasian juga yaa :'( wlopun dia salah dia masih anak kecil sih..

Anonymous said...

I am regular reader, how are you everybody? This paragraph posted
at this site is truly pleasant.

Also visit my blog post Just Click The Next Website Page